Ramadhan

Setiap menjelang Ramadhan, saya sering dapet sms dari teman dan kerabat. Isinya punya tema seragam, yaitu ucapan tentang menyambut bulan suci ini. Ada yang sekadar mengucapkan selamat menyambutnya, ada juga yang disertai permintaan maaf, doa, dan harapan-harapan pada kedatangan Ramadhan ini.

Beberapa lucu juga, seperti sms berikut ini (yang kemudian saya forward ke teman-teman lainnya):

Kereta rongsok jadikan rumpon
nangkepin ikan dapet buaye
Secara besok bulan Raomadlon
maapin semua khilaf, ye…

Seru juga. Saya sih, bukannya ga mau bikin ucapan berbentuk doa atau pantun, tapi kayaknya lebih gampang untuk forward sms yang masuk aja. Lagi[ula, banyak juga teman-teman dan kerabat yang melakukan hal itu. Akibatnya, ada sms kembar yang saya terima dengan pengirim yang berbeda.

Apapun itu, kita memang bersuka cita dengan kedatangan Ramadlan, bulan suci ini. Bagaimana tidak? Semua amal dilipatgandakan. Amalan sunnah akan dihitung dengan pahala wajib, dan seterusnya. Juga suasana puasa di keluarga dan masyarakat yang bikin kangen itu. Wah, pokoke asyik.

Tapi tanpa mengecilkan kemeriahan fisik tadi, makna puasa wajib di bulan Ramadlan sungguh jauh di atas semua itu. Kalau bisa menjalankannya dengan benar-benar imanan wahtisaban, insya Allah kita mendapat predikat takwa. Puasa memang latihan untuk menjadi orang takwa. Kita dilatih untuk ikhlas melakukan sesuatu semata karena Allah, serta tetap menjalankan ibadah meski tak seorangpun melihat atau mengawasi. Puasa, karenanya, sering disebut sebagai ibadah yang sangat pesonal. Pahalanya, seperti janji Allah, benar-benar untuk Allah. Ini ‘kan luar biasa. Allah sampai perlu berjanji seperti itu. Padahal, puasa punya manfaat yang sangat besar buat siapa saja yang menjalankannya. Sayangnya tak semua orang menyadarinya, sampai-sampai Allah memanjakan kita dengan berjanji bahwa pahalanya akan buta Allah!

Jadi, mari berpuasa dengan benar. Semoga kita menjadi orang bertakwa.

Leave a comment